Momen tak Terlupkan Ketika Lebaran
Bulan Mei tahun 2017, saat itu usiaku belum genap 15 tahun, aku adalah seorang anak laki-laki yang masih duduk di bangku SMP di sebuah kota kecil yang disebut Nunukan. Masa-masa itu adalah masa ketika aku dan orang-orang seusiaku belum memiliki banyak tanggung jawab yang perlu ditanggung atau bahkan dipikirkan sekalipun, kami hanya disibukkan oleh PR dari sekolah yang bahkan tidak kami pikirkan karena aku dan teman-temanku biasanya mengerjakan PR tersebut di pagi hari ketika PR-nya akan dikumpulkan, sungguh masa-masa yang damai dan tenang bila dibandingkan masa-masa yang sulit saat ini. Namun, masa-masa sulit juga merupakan bagian dari kehidupan, seperti kata-kata orang bijak “bagaimana mungkin seseorang akan berkembang jika dia tidak keluar dari comfort zone nya?”, jadi penting bagi setiap orang untuk mengalami dan berani menghadapi masa-masa sulitnya. Aduhh, okee kita lanjut lagi ceritanya.
Pada saat itu merupakan awal bulan suci ramadhan yang tiap tahunnya sangat kami nanti-nantikan, di bulan yang penuh kemuliaan tersebut ada banyak hal yang seru yang hanya ada ketika bulan suci ramadhan tiba, misalnya saja main perang-perangan sarung di sore hari sembari menunggu buka bersama di masjid atau main petasan dimalam hari hingga dimarahi sama pengurus masjid atau sekedar bermain kejar-kejaran di pekarangan masjid sembari menunggu orang tua pulang dari masjid. Hal-hal tersebut adalah hal yang sangat sederhana tapi jika dipikir-pikir kembali itu merupakan kenangan yang sangat membekas di dalam hati baik untuk ku maupun anak-anak lain yang seusiaku, suatu kenangan yang mungkin tidak akan bisa terulang lagi, suatu kenangan yang mungkin tidak dirasakan oleh semua orang, dan suatu kenangan yang akan terus terjaga dan terus diceritakan ke anak cucu nanti.
Ilustrasi rumah nenek ketika lebaran |
Di bulan suci ini juga ada suatu event yang sangat di tunggu-tunggu yaitu idul fitri/ lebaran, hari dimana kita umat muslim merayakan kemenangan setelah sebulan penuh melaksanakan puasa, dihari lebaran ini umumnya orang-orang akan mengunjungi keluarga, kerabat, dan beberapa teman. Untuk keluargaku sendiri, dan tentu saja beberapa keluarga lainnya biasanya akan melaksanakan mudik, yaitu kegiatan perantau untuk pulang ke kampung halamannya. Ini adalah hari yang sangat berkesan bagi ku karena mungkin ini adalah satu satunya kesempatan, yang datang sekali setahun, untuk dapat berkumpul dengan keluarga besarku dan tinggal beramai-ramai di rumah nenek yang sudah cukup tua. Biasanya aku dan sepupuku tidur beramai-ramai diruang tengah rumah nenek sambil menonton TV dan saling mengobrol dan bercanda untuk sekedar melepas rasa rindu. Pagi harinya kita semua sibuk bersiap-siap untuk melaksanakan sholat idul fitri, dan banyak terjadi “keriuhan” mulai dari rebutan kamar mandi, rebutan kendaraan dan rebutan hal-hal tidak penting lainnya. Setelah pulang dari sholat idul fitri, biasanya sebagian keluargaku menunggu tamu di rumah nenek dan sebagian yang lain berkunjung ke rumah keluarga yang lain atau tetangga disekitar untuk sekedar bersilaturahmi dan biasanya akan kembali sebelum tengah hari. Saat setelah kembali dari silaturahmi adalah momen yang sangat tidak terlupakan bagiku, yaitu momen ketika sebagian besar keluarga berkumpul di ruang tengah rumah nenek sambil menonton TV dan bercerita-cerita pengalaman masing-masing dan kami yang masih anak-anak mendengarkan obrolan itu sambil makan-makan kue yang ada di ruang tamu nenek.
Komentar
Posting Komentar